Thursday, August 21, 2008
Merdeka itu.................
Merdeka itu.....
Merdeka itu, dimana kita ga lupa dengan bagaimana pahlawan memperjuangkan Indonesia...
Merdeka itu, dimana kita masih hafal Pancasila dengan baik...
Merdeka itu, dimana kita hafal lagu-lagu perjuangan ga cuma lagu band terbaru...
Merdeka itu, dimana kita menghargai hasil karya anak negeri...
Salut sama beberapa iklan nasionalisme, kayak anak kecil yang kakinya berdarah dan bacain teks proklamasi di sekolah, kayak anak kecil yang telat ke upacara 17 Agustus tapi tetep hormat pada bendera Merah Putih.
Perlu banyak film kayak Nagabonar yang ngajarin banyak hal tentang nasionalisme.
Yah... seharusnya kita malu,...
Malu kalo ga tau sejarah bangsa sendiri...
Malu kalo ditanya pancasila aja ga hafal...
Malu kalo lupa lirik lagu Indonesia Raya...
Malu kalo ga bisa berbuat apa-apa untuk negara...
Dengan semakin bertambahnya umur Indonesia, semoga semuanya berupaya untuk benar-benar merdeka.
Merdeka...!!!
Monday, August 11, 2008
Dirgahayu Kemerdekaan RI Ke-63
Kekeliruan kedua adalah penggunaan “RI” yang diikuti dengan kata bilangan (numeralia) tingkat “ke-63″. Logikanya: Indonesia atau RI itu hanya satu. Jadi, tidak ada RI ke-2, ke-3, atau ke-63. Jika ingin menggunakan kata bilangan tingkat untuk menunjukkan usia kemerdekaan RI, ucapan yang benar adalah “Selamat HUT ke-63 RI”. Jadi, yang ke-63 itu adalah hari ulang tahunnya, bukan “Indonesia” atau “RI”-nya.
Yang sering luput dari perhatian kita juga adalah masalah penulisan kata bilangan. Dalam kaidah Ejaan yang Disempurnakan (EYD) dijelaskan bahwa penulisan kata bilangan tingkat yang menggunakan angka Arab harus diawali dengan awalan ke- diikuti tanda hubung, sedangkan jika menggunakan angka romawi tidak perlu menggunakan awalan ke-. Jadi, penulisan yang benar: “Selamat HUT ke-63 RI” atau “Selamat HUT LXIII RI”.
Persoalannya sekarang, kita mau pilih yang mana?
Saturday, August 2, 2008
Arti Kebangkitan Nasional Indonesia 2008
Bangkit itu susah
susah melihat orang lain susah
senang melihat orang lain senang
Bangkit itu takut
takut korupsi …..
takut makan yang bukan haknya
Bangkit itu mencuri
mencuri perhatian dunia dengan prestasi
Bangkit itu marah
marah …. bila martabat bangsa di lecehkan
Bangkit itu malu
malu menjadi benalu … malu karena minta melulu
Bangkit itu tidak ada
tidak ada kata menyerah
tidak ada kata putus asa
bangkit itu aku … Aku Untuk INDONESIA- ku
Dedy Mizwar
Moralitas Pemuda Indonesia
Generasi muda sekarang dikatakan berbeda dengan generasi muda masa Budi Utomo atau generasi muda ditahun 1928. Jelas berbeda, kita tidak bisa samakan generasi sekarang dengan generasi yang 100 tahun dibelakang. Memang benar kalau ada pandangan yang mengatakan tentang pemuda sekarang lebih individualis, senang materialis dan mementingkan diri sendiri hal itu tidak dapat kita salahkan.
Tapi di jaman Budi Utomo, tidak semua pemuda yang berjuang untuk masyarakat pribumi, ada juga yang berjuang untuk kepentingan kelompok atau pribadi. Yang membedakan dimasa itu moralitas pemuda yang terbentuk murni karena mereka saling membutuhkan, berbeda dengan sekarang yang semua aktifitas dapat dilakukan sendiri tanpa bantuan orang lain.
Berbicara tentang moralitas pemuda, meuncul pertanyaan apa itu moralitas? Bagaimana moralitas pemuda sekarang?
Moralitas berarti sopan santun atau berhubungan dengaan etika dan sopan santun (KBBI: 1996). Sopan santun ini berarti berhubungan dengan orang lain. Dalam pergaulan atau berhubungan dengan orang lain dilihat dari tingkah lakunya yang baik atau buruk. Jika ia melakukan hal yang buruk berarti ia bermoral buruk sebaliknya bila ia berlaku yang baik maka ia bermoral yang baik.
Kalau kita hubungkan dengan moral pemuda sekarang ada beberapa kelompok pemuda (a). kelompok pelajar (b).kelompok mahasiswa (c) kelompok pekerja (d) kelompok pengangguran terpelajar (e) kelompok pengangguran biasa.
Generasi muda pada kelompok pelajar dapat kita amati pada semua tingkatan sekolah.Tingkatan itu adalah pada sekolah dasar, menengah pertama dan menengah atas. Pada sekolah dasar walaupun masih dianggap anak-anak hal ini sudah menampakkan moral yang akan berlanjut pada tingkatan sekolah berikutnya.Seperti kita lihat anak SD sudah senang mengganggu temanya atau malah berani meminta sesuatu dengan paksa seperti minta uang pada temannya.
Mereka sudah memiliki fasilitas telepon atau HP yang seharusnya dimiliki orang dewasa. Begitu juga ada sebagian anak SD yang sudah diberikan fasilitas sepeda motor oleh orangtuanya. Hal ini tentu saja bertentangan dengan undang-undang lalulintas yang mengijinkan menjalankan motor pada usia enam belas tahun. Faktor orangtua pada kasus ini tentunya sangat dominan. Orang tua yang ingin menampilkan anak seolah-olah keluarganya berstatus kaya dapat mendorong terjadinya hal ini.
Pada Tingkatan menengah pertama generasi ini tentunya lebih dewasa dari tingkatan SD. Namun Fasilitas yang seharusnya bagi orang dewasa malah parah lagi. Mereka rata-rata sudah mempunyai fasilitas telpon atau HP. Sebagian besar mereka sudah memiliki kendaraan. Walaupun mereka mempunyai SIM ternyata ada permainan umur dalam pembuatan SIM tersebut. Lagi-lagi faktor orang tualah yang sangat berperan dalam tingkah laku generasi ini. Dan pada generasi inilah sering terjadi pelanggaran lalulintas yang banyak mengakibatkan kecelakaan sampai kematian.
Pada Genasi tingkat menengah atas mereka sudah tidak nampak melakukan pelanggaran lalulintas . Mereka senag berkelompok untuk melakukan sesuatu. Mereka senang menonton , berpesta ataau berekriasi. Dibalik itu mereka lebih menonjol pada kebut-kebutan pada arena resmi. Dan oada generasi inilah mereka sudah banyak terjerumus ke pidana seperti mabuk,judi atau malah mencuri atau merampok.
Dan pada generasi inilah yang membedakan generasi dulu dan sekarang, Pada generasi dulu mereka senang berorganisasi uantuk menyalurkan keinginannya sedang generasi sekarang mereka tidak mau berorganisasi mereka senang berkelompok atau membuat geng yang lepas dari aturan tertentu yang akhirnya tidak terkontorol lagi mengakibatkan berhunngan dengan pidana.
Pada kelompok mahasiswa, dapat dikatakan telah memiliki kematangan dalam berpikir baik dan burukya sesuatu yang mereka lakukan. Namun hal ini belum menjamin apa yang dilakukan sesuai dengan aturan yang berlaku dalam masyarakat. Mahasiswa memiliki jiwa yang masih labil, masih dapat terpengaruh oleh dorongan dan tekanan lingkungan.
Tidak sedikit kita dengar ada mahasiswa yang tertangkap karena kedapatan mengkonsumsi narkoba, atau digelandang massa karena perbuatan asusila seperti seks bebas dan lainnya. Hal ini tetunya mencap mahasiswa sebagai kelompok yang dinamis terhadap perubahan sosial masyarakat juga mahasiswa yang tidak sedikit memiliki moral undercover dari prilakunya aspirasinya yang bebas.
Karena itu diperlukan perhatian terhadap generasi muda sekarang agar mereka benar-benar diarahkan kepada yang diinginkan dalam masyarakat. Sebab kata orang, dipundak pemudalah generasi bangsa disandang, bila moral pemuda sekarang tidak benar maka tidak akan benar pula nantinya sebuah bangsa tersebut. Begitulah kira-kira amanah yang dapat dipetik dai 100 tahun peringatan hari kebangkitan nasional. Dari Budi Utomo sampai pemuda sekarang, semangat nasional harus terus bangkit, meskipun banyak badai yang menerjang. Merdeka!
sumber :menulismudah.com